Pandita, merupakan seorang dewa yang bijaksana, pintar, dan juga sering berinterkasi dengan penduduk Marcapada yang Ia temui. Kelana, merupakan dewa yang memiliki sifat berlainan dari Pandita. Ia sangat kejam, dan haus kekuasaan. Dalam menjalani kehidupannya sebagai penguasa lautan, Ia terus bertindak semena-mena dan mencoba memperluas daerah kekuasaannya dengan menghalalkan segala cara. Banyak daerah daratan yang Ia musnahkan, tenggelamkan, dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping. Hal ini membuat para penduduk Marcapada ngeri dan takut pada-Nya.
Hancurnya banyak daratan kekuasaan Pandita membuat-Nya tak tinggal diam. Pandita mulai mencari cara untuk mempertahankan daratan agar tak dihancurkan oleh Kelana. Ia akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Kelana, dengan tujuan memperbincangkan daerah kekuasaan mereka masing-masing. Pandita mengajak Kelana untuk berdamai dan tidak merebutkan daerah kekuasaan. Kelana mulai mempertimbangkan rencana Pandita untuk berdamai ini.
Akhirnya Kelana tidak setuju dengan pembagian daerah kekuasaan ini, Dia masih terus menghancurkan banyak wilayah daratan yang ditemui-Nya. Pada saat memasuki kawasan Samudra Pasifik, mata Kelana terpaku dengan sebuah daratan luas. Daratan yang dikenal dengan sebutan Nusantara. Pandita sudah mulai bersiap-siap untuk mempertahankan wilayah tersebut. Ternyata, Kelana sangat tertarik untuk membentuk Kerajaan-Nya sendiri di wilayah tersebut. Dia mulai memperebutkan wilayah tersebut dengan Pandita.
Pandita tidak akan memberikan daerah kekuasaan tersebut secara cuma-cuma kepada Kelana. Hasilnya, Kelana memutuskan untuk berperang melawan Pandita. Tanpa adanya perundingan, Kelana langsung menyerang Pandita di tempat. Di satu sisi, keberadaan air di wilayah tersebut lumayan banyak dan cukup untuk memberi Kelana kekuatan selama pertarungan. Namun, di sisi lain keberadaan daratan sangat luas dan dapat memberi Pandita kekuatan juga. Keduanya tak bisa mengalah, Mereka memutuskan untuk menggunakan sisa tenaga masing-masing. Kelana, dengan kekuatan laut-Nya, dan Pandita, dengan kekuatan darat-Nya mulai menyerang satu sama lain menggunakan chakra yang mengalir lewat tangan mereka. Kedua chakra yang akhirnya membentuk bola api tersebut saling bertabrakan dan menciptakan ledakan besar-besaran. Kelana yang tenaganya sudah benar-benar habis langsung terpental hingga ke Barat. Menciptakan sebuah bentuk lubang yang sangat besar yang sekarang disebut Chicxulub Crater. Sementara itu, Pandita yang masih memiliki sisa tenaga menggunakannya untuk memecah bagian-bagian daratan agar sulit dikuasai Kelana. Sejak saat itu, Mereka berdua mulai beristirahat dan mempersiapkan pertarungan kedua.
Kawah Chixculub di Mexico
sumber: google
Spesies-spesies baru mulai bermunculan, awal peradaban manusia yang baru dimulai. Manusia dan hewan mulai berevolusi. Bumi didominasi oleh para dinosaurus, hewan-hewan ini berukuran raksasa. Pandita yang sudah hampir pulih pun mulai memperhatikan. Dia juga mulai bertanya-tanya, apakah Dia sanggup menghadapi Kelana sendirian? Terinspirasi dari para dinosaurus, Pandita juga menciptakan hewan-hewan raksasa yang disebut Ruh. Dia mengambil banyak hewan dan dijadikan tumbal agar bisa membuat Ruh. Tak hanya Ruh, Pandita juga menciptakan pasukan untuk membantu-Nya mempertahankan Marcapada, pasukan ini disebut dengan Ganendra. Bersama-sama, Ganendra dan Ruh mulai bersatu untuk mempertahankan Marcapada.
Kelana juga sudah mulai pulih, Dia juga membuat panglimanya sendiri. Panglima tersebut ditugaskan mengumpulkan informasi mengenai dunia daratan. Setiap harinya Kelana dapat mengetahui keberedaan Pandita beserta pasukannya, juga kondisi daratan sekarang ini. Namun tak jarang juga para panglima Kelana bertemu dengan Ganendra dan Ruh, membuat mereka melakukan pertarungan. Seiring waktu, panglima Kelana sudah dihabisi satu-persatu. Kelana juga hampir pulih, dan membuat Kerajaannya di Barat. Daerah kekuasaan Kelana inilah awal Samudra Atlantis. Dengan bantuan beberapa Panglimanya yang masih tersisa, dan kondisinya yang sudah pulih total, Kelana sudah siap untuk membalaskan dendamnya.
Pandita mulai merasakan kebangkitan Kelana, Ia mulai memperingatkan para Ganendra dan Ruh untuk bersiap-siap mempertahankan daerah kekuasaan mereka. Pengalaman Pandita membuatnya tahu apa yang harus dilakukan, mereka harus bisa menyegel Kelana karena tak mungkin membunuhnya. Dimulailah peperangan pertama antara Ganendra dengan Kelana. Para Ganendra memulai langkah yang salah, mereka langsung menyerbu ke arah Barat tanpa mengetahui bahwa di sanalah terdapat markas Kelana. Banyak Ganedra tak bisa bertahan hidup dari jebakan buatan Kelana, dan akhirnya tewas. Bagi para Ganendra yang masih bisa bertahan, mereka berencana untuk memancing Kelana agar bisa pergi dari markasnya.
Para Ganedra akhirnya berhasil memancing Kelana dari Barat, ke arah Timur. Untuk kedua kalinya Kelana menemui daratan Nusantara, yang sekarang sudah terpecah menjadi kepulauan. Kelana mulai tertarik lagi untuk menguasai Nusantara, para Ganendra pun bertindak. Mereka bertarung habis-habisan melawan Kelana, sementara itu Pandita mempertahankan Nusantara. Serangan dan serbuan para Ganendra dan Ruh membuat Kelana kewalahan dan masuk ke daerah Gunung Toba. Kelana yang terjatuh, dan tahu akan disegel segera mengambil tindakan. Sebelum sepenuhnya tersegel, Kelana memancarkan seluruh chakranya dan membuat Gunung Toba meletus. Kepunahan terjadi lagi, seluruh mahluk hidup mulai berevolusi lagi. Peradaban menjadi lebih canggih. Nusantara mulai dihuni oleh berbagai manusia. Karena menjadi wilayah yang selalu diincar Kelana, Pandita menugaskan para Ganendra agar bisa berinteraksi dengan para manusia. Banyak manusia dari berbagai pulau di Nusantara sudah berinteraksi dengan Ganendra. Tidak hanya di Nusantara, namun di peradaban dunia lainnya. Orang-orang Barat mulai menyadari adanya Kerajaan Kuno di lautan mereka. Masyarakat Timur seperti Yunani juga percaya dengan kerajaan lautan ini, mereka mulai mendatangi tanah Nusantara. Masyarakat mulai tertarik untuk mengetahui sejarah, mereka mulai mengenal nama Kelana.
Tidak jarang para manusia yang mendapat kekuatan Ganendra lebih memilih untuk bekerja di pihak Kelana. Merekalah yang disebut Sandekala. Mereka membantu Kelana agar cepat pulih dan dapat membalaskan dendamnya lagi. Sementara di pihak Pandita, ada lima orang dari Nusantara yang terpilih untuk melawan Kelana. Mereka berasal dari lima pulau berbeda, hal ini membuat mereka tak bisa bersatu. Kelana juga mulai bangkit dan dibantu para Sandekala. Di hari-hari pertama selama pertempuran, para ksatria terpilih belum bisa bersatu sehingga mereka kehabisan tenaga. Pandita membantu mereka untuk bersatu. Mereka tak hanya jadi lebih kuat secara fisik, tetapi chakra Pandita juga mengalir dan menciptakan senjata-senjata pada zaman itu. Tak hanya para ksatria ini, tetapi Ruh mereka masing-masing juga ikut bersatu, menciptakan sebuah bentuk raksasa yang dikendalikan para ksatria. Mereka sudah dapat bersatu dan akhirnya berhasil menguras habis tenaga Kelana. Tetapi banyak yang tak bertahan hidup, hanya tinggal tersisa satu ksatria--Ksatria Nusantara Merah. Dialah yang menjadi penyelamat umat manusia di zaman itu, dia berhasil menyegel tubuh Kelana, dan lagi-lagi hal ini menyebabkan letusan Gunung Tambora.
Setelah ratusan tahun tersegel, kini Kelana sudah mulai bangkit. Para Sandekala yang bersembunyi selama perang kedua juga mulai menampakan diri. Apakah kelima ksatria terpilih yang baru bisa menghentikan Kelana? Teruslah ikuti kisahnya di www.comic.nusantaranger.com !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar